PERANAN
SATELIT DAN TELEPON GENGGAM DALAM PERTANIAN DI INDONESIA
Ikka Wulandari
Ekonomi Syariah
201333002
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM AL HIDAYAH BOGOR
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya makalah “ Peranan Satelit
dan Telepon Genggan dalam Pertanian di Indonesia” dapat kami selesaikan.
Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami bapak Wartono yang telah membantu saya dalam
proses pembuatan makalah ini, serta teman-teman yang telah memberi dukungan
kepada saya.
Tujuan
saya dalam membuat makalah ini adalah
selain untuk pemenuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia juga dengan harapan
makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi mengenai peranan satelit
dan telepon genggam dalam pertanian Indonesia. saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan.
Bogor, 1
Januari 2014
Penyusun
DAFTAR
PUSTAKA
Kata Pengantar …………………………………………………………….i
Daftar Isi …………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang …………………..………………………………….. 1
1.2 Tujuan
…………………………………………….………………… 2
1.3 Rumusan Masalah …...…………………………………………...... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan
Pertanian Indonesia…………………………..… ...…....3
2.2 Ketahanan Pangan Negara Indonesia………………………............…
4
2.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pertanian Indonesia ……....4
2.3.1 Telepon Genggam ……………………………………………6
2.3.2
Satelit ………………………………………………………7
2.4 Solusi Terhadap Masalah Pertanian Pangan di
Indonesia ………….….10
BAB III PENUTUP ............……………………………………...………12
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………12
3.2 Kritik
dan Saran ……………………………………………………….12
LAMPIRAN ………………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA
…….….…………………………………………… 15
BAB
I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Indonesia yang terletak
di khatulistiwa dengan iklim kepulauan dan hutan hujan tropisnya dan kekayaan
alam yang melimpah ruah dengan kecukupan curah hujan atau irigasinya memadai akan
menjadikan tanahnya memiliki produkivitas tertinggi di dunia. Ditambah sinar
matahari yang memancar sepanjang tahun dan suhu rata-rata, seharusnya Indonesia
mempunyai keunggulan yang dapat diandalkan dibandingkan negara manapun di
dunia. Sumberdaya pertanian ditambah kekayaan alam di laut Indonesia semestinya
merupakan modal dasar yang sangat besar untuk pembangunan Indonesia.
Namun jika dibandingkan
dengan negara lain, Indonesia jauh tertinggal dengan negara lain. Ketika negara
lain mulai menerapkan teknologi dari proses pembibitan hingga pasca panen,
Indonesia belum menerapkan teknologi yang ada dalam proses peningkatan hasil
pertanian. Suatu negara yang mampu meningkatkan hasil pertaniannya maka mampu
mencapai ketahanan pangan. Apalagi saat ini pembangunan infrastruktur mengalami
pembanguna yang begitu pesat. Tentu saja hal ini berpengaruh dalam keadaan
lahan pertanian yang ada.
Di sisi lain,
perkembangan dan pembangunan teknologi mengalami perkembangan yang signifikan
khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan TIK mencapai
hitungan detik sehingga apabila kita tidak mengikutinya kita akan tertinggal
atau dianggap gaptek (gagap teknologi). TIK menempati peran sentral di
perkembangan dunia internasional.
Isu globalisasi,
semakin cepat meluas keseluruh penjuru dunia karena fasilitasi TIK. Apa saja
yang terjadi di berbagai bagian di planet ini menjadi semakin cepat tersebar
dan mudah diketahui dengan memanfaatkan TIK. Semua ini menjadikan TIK sebagai
agen perubahan yang mengubah tatanan sosial kehidupan manusia di seluruh dunia.
TIK Bukan Hanya Internet, awam seringkali menganggap bahwa
wujud dari TIK adalah Internet. Anggapan ini benar namun tidak tepat. Internet
muncul sebagai hasil dari menyatunya (konvergensi) antara Teknologi Informasi
(TI) dan Telekomunikasi.
1.2
Tujuan
Penulisan makalah ini
bertujuan untuk :
a) memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia,
b) memberi
informasi penggunaan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya dalam
bidang pertanian,
c) memberikan
solusi terhadap masalah-masalah pertanian di Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
- Apa permasalahan pertanian Indonesia saat ini ?
- Apa yang dimaksud yang ketahanan pangan?
- Apa yang dimaksud teknologi informasi dan komunikasi?
- Peranan teknologi informasi dan komunikasi dalam pertanian khususnya pertanian pangan?
BAB
II
Pembahasan
2.1
Permasalahan Pertanian Indonesia
Sektor pertanian adalah
sektor sangat vital namun kini kurang berdaya dan kurang mendapatkan prioritas
sebagaimana mestinya sehingga sumbangannya kurang optimal dan jauh dari yang
diharapkan. Masalah utama sektor pertanian adalah meningkatnya alih fungsi
lahan pertanian, kurangnya optimalnya pemanfaatan lahan dan infrastruktur
pertanian serta kurangnya informasi yang mendukung kegiatan pertanian seperti
kelembaban tanah, iklim dan cuaca.
Pertanian merupakan
sebuah sektor yang memilki peranan cukup penting dalam kehidupan manusia.
Karena inilah yang menjadi dasar dalam penyediaan sandang, pangan, dan papan
dalam menjalankan kehidupan. Selain itu di Indonesia sendiri sektor
pertanianlah yang menjadi sektor andalan dan menjadi tumpuan kehidupan
masyarakat pada umumnya, karena Indonesia merupakan negara agraris, akibatnya
banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani.
Akan tetapi pengelolaan
usaha tani di Indonesia itu masih bersifat tradisional, dan belum menggunakan
teknologi yang tinggi. Akibatnya hal itu berdampak pada rendahnya produktivitas
usaha tani yang dihasilkan berdampak langsung terhadap ketahanan pangan
Indonesia. Untuk mencapai ketahanan pangan harus ditemukan kendala penyebab
rendahnya produktivitas pertanian Indonesia. Rendahnya produktivitas pertanian
Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:[1]
ü Prasarana
petanian kurang memadai
ü Teknik
budidaya pertanian tradisional
ü Masukan
lain (pupuk,benih, bahan kimia) yang terbatas atau kalau pn ada sering tidak
cocok dengan sumberdaya alam
ü Sosial
budaya masyarakat yang berimbas pada rendahnya petani untuk meningkatkan
produksi
ü Tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang relatif rendah
ü Pemilikan
modal yang kecil
Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan terhadap sektor pertanian dan
tuntutan terhadap kebutuhan sandang, pangan, papan pun semakin meningkat,
terlebih lagi kebutuhan akan pangan, karena jika tidak ada pangan, masyarakat
tidak akan dapat hidup dan bagus tidaknya ketahanan pangan suatu negara itu
dapat menjadi indikator keberhasilan suatu negara.
Memasuki era
perdagangan bebas dan tren desentralisasi, pembangunan pertanian menghadapi
berbagai tantangan, yaitu pemenuhan kecukupan pangan, peningkatan kesejahteraan
petani, serta penyediaan lapangan kerja melalui pengembangan usaha dan sistem
agribisnis berdaya saing. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin besar terhadap
sektor pertanian khusunya pangan, maka diperlukan adanya upaya pengembangan di
berbagai sisi, termasuk pengembangan teknologi, sistem manajemen usaha tani,
dan lain-lain.
Pengembangan teknologi
sangat berpengaruh sekali untuk menghasilkan efek-efek yang sinergis dalam
menumbuhkan pertanian. Misalnya untuk membantu para petani Indonesia yang
mengolah lahannya dengan cara-cara tradisional dan belum menggunakan teknologi
yang tinggi, para peneliti ini harus mencari cara apa dan teknologi informasi
komunikasi apa yang cocok diterapkan dalam pertanian di masyarakat indonesia
ini, sehingga nantinya akan meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka.
Intinya para peneliti
maupun yang bergelut dalam bidang pertanian dapat menciptakan suatu teknlogi
informasi dan komunikasi untuk bidang pertanian (informatika pertanian), yang
dapat digunakan secara bersama meningkatkan kompetensi dan kemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi bagi pengembangan bidang pertanian dalam
arti luas di Indonesia.
2.2
Ketahanan Pangan Negara Indonesia
Kedaulatan
pangan adalah seperangkat hak rakyat untuk menentukan kebijakan dan strategi
mereka sendiri atas produksi, distribusi dan konsumsi pangan yang berkelanjutan
dan menjamin hak atas pangan. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin
pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi
kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi
mewujudkan distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh
rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup
sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan konsumsi berfungsi
mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu,
keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya.[2]
Sejak tahun 1798 ketika Thomas Malthus memberi peringatan bahwa
jumlah manusia meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha pertambahan
persediaan pangan hanya dapat meningkat secara aritmatika. Dalam perjalanan
sejarah dapat dicatat berbagai peristiwa kelaparan lokal yang kadang-kadang
meluas menjadi kelaparan nasional yang sangat parah diberbagai Negara.
Permasalahan diatas adalah cirri sebuah Negara yang belum mandiri dalam hal
ketahanan pangan.[3]
Bertambahnya penduduk bukan hanya menjadi satu-satunya
permasalahan yang menghambat untuk menuju ketahanan pangan nasional.
Berkurangnya lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman dan lahan
industri, telah menjadi ancaman dan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia
untuk menjadi bangsa yang mandiri dalam bidang pangan.
2.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Pertanian Indonesia
Keberhasilan
dalam usaha meningkatkan produksi tanaman pangan dalam hubungannya dengan iklim
bergantung kepada keberhasilan dalam menginterpretasikan dan meramalkan iklim.
Di sinilah peran TIK dalam
menginterpretasikan dan meramalkan iklim dengan ketelitian yang tinggi.[4]
Menurut
Puskur Diknas Indonesia TIK mencakup dua aspek:
- Teknologi informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengolahan informasi.
- Teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat lainnya.
Kini TIK juga
dicoba untuk mendorong agar pertanian Indonesia mampu
bersaing. Hal ini dapat dimengerti karena peran TIK sering menonjol, apakah itu di kegiatan
teknologi produksi maupun di kegiatan teknologi informasi. Dengan demikian,
lambat atau cepat, maka pelaku agribisnis di Indonesia harus bisa menguasai
teknologi tersebut.
Komponen
TIK ini lazimnya dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
ü Technoware (fasilitas fisik, misalnya
mesin),
ü Humanware (kemampuan/ketrampilan tenaga
kerja),
ü Infoware (informasi/data), dan
ü Orgaware (organisasi).
Misalnya
untuk tingkat pengembangan suatu perusahaan hasil olahan dari produk pertanian,
bantuan ICT akan sangat menentukan proses kegiatan perusahaan tersebut. Ke
empat komponen di atas, tentu saling kait mengkait satu sama lain, karena
komponen yang satu akan saling mempengaruhi komponen yang lain.
Dalam hal
ini, dari beberapa alat teknologi yang mendukung kemajuan petanian di Indonesia
yaitu, telepon genggam dan satelit.
2.3.1
Telepon Genggam
Dari
beberapa produsen telepon genggam yang kita gunakan adalah nokia, karena nokia
sangat popular di Indonesia. Nokia Life Tools adalah aplikasi yang
ditanam di ponsel-ponsel Nokia untuk mengatasi kesenjangan informasi, khususnya
bagi masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran atau pedesaan. Karena untuk
masyarakat pedesaan, layanan yang disediakan di Nokia Life Tools utamanya
adalah informasi pertanian. Seperti info-info tips bercocok tanam, cuaca dan
berita-berita lokal seputar pertanian.
Pada ponsel Nokia yang sudah ada aplikasi ini, pengguna harus
mengisi kode pos wilayah tempat tinggalnya untuk mendaftar. Lalu akan muncul
pilihan informasi jenis tanaman apa yang dibutuhkan dan boleh memilih maksimal
tiga jenis tanaman. Pendaftaran kode pos ini untuk mengirimkan informasi yang
sesuai domisili pengguna.
Setelah mengirim kode pos, layanan ini akan mengirimkan
informasi soal harga, tips bercocok tanam, dan berita seputar pertanian lewat
pesan di ponsel. Dalam menyediakan informasi pertanian ini, Nokia bekerjasama
dengan Departemen Pertanian RI, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) dan sejumlah mitra industri lain.
Layanan yang disediakan Nokia Life Tools berbasis pesan SMS,
bukan internet. Informasi akan dikirim via SMS, dan masuk lewat inboks yang
disediakan tampilan awal aplikasi ini. Biayanya dimulai dari Rp.1.000
perharinya, tergantung layanan yang dibutuhkan.
Tidak hanya informasi pertanian, tetapi Nokia Life Tools juga
menyediakan informasi pendidikan dan hiburan. Fitur-fitur layanan pendidikan
yang disediakan antara lain Bahasa Inggris, pengetahuan umum dan persiapan
ujian. Adapun layanan hiburan meliputi berita, musik, komik, humor, astrologi,
dan resensi film.
2.3.2 Satelit
Satelit adalah benda yang mengorbit
benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit
yakni satelit alam dan satelit buatan. Dalam
makalah ini, yang akan dibahas adalah satelit buatan.
saat ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tengah
mengembangkan suatu satelit yang sebagai alat untuk menjaga ketahanan pangan.
Satelit yang diberi nama Lapan A2 dan Lapan Orari tersebut akan digunakan untuk
melihat kondisi pertanian di Indonesia. Dengan satelit tersebut maka akan
diketahui siklus tanaman. Salah satu tanaman yang akan menjadi objek pantauan
satelit tersebut adalah padi.
Karena
tanaman ini identik dengan parameter tanaman untuk menjaga ketahan pangan.
Dengan satelit tersebut maka dapat diketahui wilayah yang sedang ditumbuhi
padi, wilayah tanaman yang siap panen, ataupun tanah yang belum dilakukan
penanaman.
Lapan A2
Lapan
A2 dirancang sebagai satelit surveilans Bumi atau pengamatan dari jauh dengan
peralatan elektronik. Fungsi kamera ini tidak beda dengan kamera CCTV. Lapan A2
digunakan untuk memantau lingkungan Bumi. Supaya dapat memberikan informasi
berupa gambar, Lapan A2 dilengkapi dengan kamera Kappa HDTV (High Definition
Television). Kamera yang terdapat dalam satelit ini akan mengirimkan gambar
seperti layaknya gambar yang tersaji dalam layar televisi. Berbeda
dengan satelit buatan Amerika pada umumnya, Lapan A2 yang rencananya akan
diluncurkan di India tersebut memiliki berat 68 kilogram. Sementara, satelit
buatan Amerika paling tidak memiliki berat 400 kilogram. Sebagai pemantau Bumi,
Lapan A2 dibuat dengan resolusi 5,1 meter dengan luas cakupan tangkapan seluas
9,7 kilometer.
Satelit
yang dibuat di negara maju umumnya menggunakan radar untuk menentukan posisi,
kecepatan, maupun arah dari satelit. Namun, untuk Lapan A2, navigasi yang
dilakukan adalah dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Berbeda
dengan radar, satelit yang menggunakan navigasi tersebut dapat dipantau dari
negara lain. Sementara dengan GPS, pengendali satelit hanya dapat dilakukan
oleh stasiun GPS di Bumi dan tidak dapat diketahui oleh negara lain.
Hanya
radar memiliki ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan GPS. Untuk
ukuran orbit satelit, Lapan A2 ditempatkan pada orbit yang tidak terlalu tinggi
yaitu pada jarak 650 kilometer dari Bumi. Sedangkan orbit satelit yang
tergolong tinggi jika satelit tersebut teletak pada jarak ribuan kilometer.
Pada kondisi tersebut, satelit akan lebih tenang dan tidak turun dari posisi
orbit.
Lapan Orari
Sementara
Lapan Orari adalah satelit lain yang tengah dikerjakan LAPAN. Berbeda dengan
Lapan A2, Lapan Orari lebih ditujukan sebagai satelit pencitraan, sebab kamera
yang digunakan adalah kamera pencitraan atau imaging camera. Sehingga satelit
ini dapat memantau objek yang ada di Bumi secara lebih detail, kata Toto.
Selain sebagai satelit yang ditujukan bagi ketahanan pangan, Lapan Orari
memiliki fungsi utama yaitu sebagai satelit komunikasi. Aplikasinya, satelit
ini digunakan sebagai saluran gelombang elektromagnetik pada amatir radio, baik
suara maupun data digital. Seperti halnya Lapan A2, Lapan Orari diletakkan pada
ketinggian orbit 650 kilometer dari Bumi. Satelit yang ditempatkan pada
ketinggian tersebut memiliki bobot senilai kurang lebih 70 kilogram. Untuk
menunjang perannya sebagai satelit pemantau dan pencitraan, Lapan Orari
dilengkapi dengan kamera video yang memiliki resolusi sebesar 200 meter dengan
cakupan tangkapan satelit seluas 80 kilometer. Sedangkan resolusi kamera
pencitraan yang dapat menangkap objek secara detail sebesar 13 meter dengan cakupan
tangkapan satelit sejauh 94,9 kilometer. Seperti halnya Lapan A2, satelit ini
menggunakan sistem GPS untuk memantau keberadaan satelit di orbit. Pemantauan
sendiri akan dikendalikan melalui stasiun yang ada di Bumi.
Sebagai
sistem pencitraan atau imager, satelit ini dilengkapi kamera yang menggunakan
filter optik khusus supaya dapat mendeteksi objek yang diamati dengan lebih
baik. Pengamatan yang dilakukan satelit ini adalah vegetasi atau daratan dengan
menggunakan filter optik pada daerah panjang gelombang red, green, dan near
infra red. Sedangkan untuk aplikasi pengamatan laut ditambah dengan filter
optik blue. Dengan citra-citra tersebut akan diketahui jenis-jenis tanaman atau
vegetasi serta luas areanya sehingga dapat digunakan untuk mengetahui luas areal
tanaman pertanian dan fase tanamnya.
Namun
sebagai satelit baru, tentu banyak mesti dilakukan pembenahan. Sehingga data
yang diperoleh satelit tidak dengan gamblang digunakan begitu saja. Sebab harus
dilakukan pengujian kesesuaian antara data-data satelit dan kondisi di
lapangan.
2.4
Solusi
Terhadap Masalah Pertanian Pangan di Indonesia
Guna mendukung ketahanan pangan nasional, Lembaga Antariksa
dan Penerbangan Nasional (LAPAN) dan Institut Pertanian Bogor (IPB)
menandatangani Nota Kesepahaman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan di
Bidang Teknologi dan Pemanfaatan Kedirgantaraan serta Peningkatan Sumber Daya
Manusia. Penandatangan dilakukan oleh Kepala LAPAN Adi Sadewo Salatun dan
Rektor IPB Herry Suhardiyanto, di Gedung Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB
Darmaga Bogor, 23 Januari 2010.
Ruang lingkup kerjasama Lapan dan IPB tersebut mencakup
penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan di bidang teknologi dirgantara,
penginderaan jauh, sains atmosfer, iklim, dan antariksa. Kerjasama juga
mencakup pemanfaatan sumber daya dan program hasil penelitian dan pengembangan
kedirgantaraan, pertukaran ilmu pengetahuan dan tenaga ahli, dan peningkatan
kapasitas sumber daya manusia. Lingkup tersebut berkaitan dengan tujuan
mendukung Ketahanan Pangan Nasional.
Keberadaan satelit yang diberi nama LI-sat (Lapan IPB-
satelit) ini sangat penting untuk membangun sistem data tentang ketahanan
pangan dengan akurasi tinggi, tidak seperti saat ini yang masih didasari oleh
ramalan-ramalan. Melalui citra satelit dapat diperkirakan lebih
akurat produktifitas lahan, termasuk pola tanam dan pola panen di setiap
wilayah. LI-sat
diharapkan dapat diluncurkan pada 2014, dan dapat dimanfaatkan pada 2015. Kerja
sama ini akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2019 dan diperkirakan membutuhkan
dana sebesar kurang lebih Rp180 miliar.
Satelit LAPAN-IPB bukan
satelit pertama yang dibuat Lapan sesuai kebutuhan, sebelumnya, Lembaga
penelitian ini berhasil membangun satelit LAPAN-TUBSAT. Satelit mikro kerjasama
dengan Technische Universitaet Berlin, Jerman itu diluncurkan pada 10 Januari
2007 di Sriharikota, India. Hingga kini LAPAN-TUBSAT masih beroperasi dengan
baik. Saat ini, Lapan sedang membangun satelit LAPAN-A2 dan LAPAN-ORARI. Kedua
satelit ini berfungsi untuk pengamatan bumi dan komunikasi.
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Teknologi
informasi seperti satelit dan telepon genggam memiliki peran yang besar,
khususnya dalam bidang pertanian. Teknologi tersebut digunakan untuk memantau
perkembangan mutakhir tentang pertanian tersebut. Satelit digunakan untuk
memantau lewat angkasa melalui cara penginderaan jauh. Satelit juga digunakan
memberi informasi keadaan iklim dan cuaca dalam bidang pertanian. Sedangkan
telepon genggam, digunakan untuk memberi informasi lewat darat.
3.2
Kritik dan saran
Dunia
pertanian Indonesia harus dapat dikembangkan mengingat potensi yang dimiliki. Oleh
karena itu pemanfaaatan teknologi haruslah dapat digunakan dengan baik.
Adaptasi dan modifikasi teknologi menjadi alat untuk menciptakan kesejahteraan
petani sehingga masyarakat Indonesia menjadi lebih makmur dan sejahtera.
Daftar Pustaka
Antara news. (Terhubung berkala).
http://www.antaranews.com/berita/1266908600/lapan-ipb-bangun-satelit-penginderaan
. (28 Desember 2013)
Bataviase. (Terhubung berkala). http://bataviase.co.id/node/84470
. (28 Desember 2013)
Nasoetion,AH.
2008. Pengantar Ilmu Pertanian. Bogor
: IPB PRESS.
Nokia.Life.Tools.Bantu.Samaratakan.Penyebaran.Informasi.
(28 Desember 2013)
Sailah, Illah dan Mangunwidjaja, Djumali. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Sastraatmadja, Entang. 2006. Untukmu Dewan Ketahanan Pangan .
Bandung : Masyarakat Geografi Indonesia.
Tim Liputan 6. (Terhubung berkala).
http://berita.liputan6.com/usahaanda/201001/261481/
(28 Desember 2013)
Tim Tempo. (Terhubung berkala).
http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2009/11/04/brk,20091104-206360.id.html
. (28 Desember 2013)
Tyasyono,
Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung :
ITB.
[1]
Illah Sailah dan Djumali Mangunwidjaja, Pengantar
Teknologi Pertanian, 2009, Jakarta, hal 2-3
[2] Entang Sastraatmadja, Untukmu Dewan Ketahanan Pangan, 2006, Bandung, hal 10
[3] Andi Hakim Nasoetion, Pengantar Ilmu Pertanian, 2008, Bogor,
hal 27
[4] Bayong Tyasyono, Klimatologi, 2004, Bandung, hal 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar