KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Ilmu Akhlak
yang berjudul “SIFAT
DUSTA“ .
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini
penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata
kuliah Ilmu Akhlak.
Sebagai
bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dapat
diterima dan menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada
umumnya .
Bogor, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................
3
A. Pengertian
Bohong/Dusta......................................................................................
3
B. Sifat Bohong Terbagi Dalam 3 Kategori............................................................... 3
1.
Mendustakan / berkhianat kepada
Allah SWT...............................................
3
2.
Mendustakan atau berkhianat kepada Rasul
saw............................................ 4
3.
Mengkhianati amanah (kepercaan) diantara
sesama manusia......................... 5
C. Faktor-Faktor Pendorong
Terjadinya Dusta.......................................................... 6
D. Dusta dalam
Kenyataan Sehari-hari yang Harus Dihindari.................................. 7
E. Terapi
Penyembuhan Penyakit Tercela Ini...........................................................
8
F. 30 Sifat
Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita.................................................. 9
BAB III PENUTUP....................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang ini,
kebohongan dan kepalsuan telah menjalar dan menjadi borok di segala lapisan
masyarakat. Sebagian umat Islam pun ada yang
kecanduan dengan sikap tercela ini.
Allah swt telah
menjadikan umat Islam bersih dalam kepercayaan, segala perbuatan dan
perkataannya. Kejujuran adalah barometer kebahagiaan suatu bangsa. Tiada kunci
kebahagiaan dan ketentraman haqiqi melainkan bersikap jujur, baik jujur secara
vertikal maupun horizontal.
Kejujuran merupakan nikmat Allah Ta’ala yang
teragung setelah nikmat Islam, sekaligus penopang utama bagi berlangsungnya
kehidupan dan kejayaan Islam. Sedangkan sifat bohong merupakan ujian terbesar
jika menimpa seseorang, karena kebohongan merupakan penyakit yang menggerogoti
dan menghancurkan kejayaan Islam.
Dusta merupakan dosa dan aib besar, Allah
Ta’ala berfirman:
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya.” (Al-Isra’: 36)
Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya jujur itu
menunjukkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan menuntun menuju Surga. Sungguh
seseorang yang membiasakan jujur niscaya dicatat di sisi Allah sebagai orang
jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kemungkaran, sedangkan
kemungkaran menjerumuskan ke Neraka. Sungguh orang yang selalu berdusta akan
dicatat sebagai pendusta”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hakikat dari kejujuran dan keikhlasan adalah menyatakan
keimanan dan keislaman, karena sesungguhnya orang yang menampakkan
keislamannnya terbagi menjadi dua, yaitu orang mukmin dan orang munafik. Hal
yang membedakan antara keduanya adalah kejujuran dan ketulusannya, karena
sesungguhnya dasar dari kemunafikanseseorang adalah kebohongan.[1]
Jauhilah Dusta, karena
dusta merusak hakikat yang sebenarnya atas dirimu dan akan merusak pula kondisimu dan pandangan manusia terhadapmu.
Pendusta akan menggambarkan sesuatu yang tiada seperti ada dan ayang ada
seperti tiada. Kebenaran dikatakan sebagai kebatilan, kebatilan dikatakan
kebenaran. Kebaikan dikatakan sebagai keburukan dan keburukan dikatakan kebaikan.
Akhirnya hakikat sebenarnya tidak mampu ia kenali sebagai akibat atas
kedustaannya.
Maka saat seseorang memilih untuk bersikap jujur dalam
kehidupannya, itu bersandar kepada perasaan cinta dan taatnya kepada Allah SWT.
Jika dia memilih untuk menjauhi sikap dusta, itu bersandar kepada perasaan
takutnya kepada Allah SWT. Dan jika dia begitu teguh pada kedua sikap tersebut,
itu bersandar kepada harapan hatinya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.[2]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bohong/Dusta
Bohong adalah sifat
atau keadaan dari sesuatu (perbuatan/perkataan), yang tidak benar, tidak
berdasarkan/fakta, tidak menepati janji/kesepakatan atau tidak mengakui
atau melanggar hak-hak pihak lain.
Sejenis dengan pengertian
bohong, terdapat kata dusta/mendustakan (tidak mengakui), hianat/menghianati
(tidak amanah/tidak menepati janji/curang), fitnah/memfitnah (menyebar berita
bohong/tuduhan palsu) dan sebagainya.
Dibandingkan dengan sifat
sombong dan sifat dengki dalam pembahasan sebelumnya, sifat
bohong atau dusta tampaknya harus lebih banyak mendapat perhatian.
B.
Sifat Bohong Terbagi Dalam 3 Kategori
Perbuatan
yang memiliki sifat bohong/dusta/khianat, dapat dibagi dalam 3 kategori,
berdasarkan kepada firman Allah Ta’ala berikut ini:
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad)
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.Q.S (Al-Anfaal [8] : 27)
1.
Mendustakan / berkhianat kepada
Allah SWT
Dusta / khianat yang terkait dengan hak-hak Allah SWT, mengabaikan
perintah dan larangan-Nya, tidak mensyukuri/mendustakan nikmat-Nya, sehingga
yang melakukan itu termasuk orang-orang yang digolongkan kedalam:
kufur, syirik, fasiq, ishyan. Firman Allah swt:
a. “Dan tak ada suatu
ayat pun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka
selalu berpaling daripadanya (mendustakannya)” Q.S (An-Anaam [6]: 4)
b. “Maka barang siapa
mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka
merekalah orang-orang yang dzalim” Q.S (Ali Imran [3]: 94)
c. Katakanlah: "Berjalanlah di
muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan itu" Q.S (An-Aam : 11)
d. Katakanlah: "Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak
beruntung" Q.S (Yunus [10] : 69)
e. “Sesungguhnya yang mengada-adakan
kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan
mereka itulah orang-orang
pendusta” Q.S (An Nahl [16]:
105)
f. “........ dan Adapun jika Dia Termasuk golongan yang
mendustakan lagi sesat”. “Maka
Dia mendapat hidangan air yang mendidih....”. “.... dan dibakar di
dalam Jahannam” Q.S (Al-Waqi’ah [56]: 92-94)
2.
Mendustakan atau berkhianat kepada Rasul
saw.
Mendustakan/khianat kepada Rasul adalah tidak percaya terhadap
misi yang dibawa Rasul, berhianat termasuk memalsukan hadits, pembuat bid’ah
serta memuja/mengagung-agungkan/mengkultuskan Nabi melebihi manusia biasa
(sehingga dianggap sebagai anak Tuhan) dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala:
a.
Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang
Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka
tatkala Rasul itu (Muhammad) datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (As-Shaf
[61] : 6)
b. ”Katakanlah: Sesungguhnya
aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barang siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" Q.S
(Al-Kahfi [18] : 110)
c. Didalam Sirah Nabawiyah
disebutkan dua orang sahabat yang ketika sedang perang, tanpa sengaja
membuka rahasia Nabi (umat muslimin) kepada kaum kafir Quraish,
seperti Abu Lubabah bin Abdul Munzir serta Hathib
bin Abi Balta’ah (peristiwa fathu Makkah) (lihat juga ‘Tafsir Ibnu
Katsier’ terkait dengan Ayat 27 Surat Al-Anfaal)
d. Terdapat pula orang yang
mengaku Nabi bahkan pernah hendak membunuh Nabi SAW. (Musailamah al Kadzdzab)
dan 2 tokoh pembuat hadits palsu Abu ‘Ismah ibn Abi Maryan dan Abdul
Karim ibn Abil ‘Auja (T.M. Hasbi Ash Shiddieqy: Sejarah Hadits)
dan banyak lagi para pembuat bid’ah dalam beribadah
3.
Mengkhianati amanah (kepercaan) diantara
sesama manusia
Dusta / khianat /fitnah yang
terkait dengan hak-hak sesama manusia, seperti harta, kehormatan,
kepercaayaan dan sebagainya.
Perbuatan seperti sumpah palsu, pemalsuan, penipuan, merusak rasa
keadilan/lingkungan/tatanan kehidupan, merugikan orang lain/masyarakat dan
lainnya, sudah biasa terjadi bahkan semuanya bisa terjadi dan bersatu
dalam diri seseorang yang disebut koruptor.
Rasulullah SAW telah
menyampaikan risalahnya berupa peringatan serta petunjuk seperti yang
terdapat di dalam Al-Qur’an serta As-Sunnah diantaranya:
a. “Dan barang siapa yang
mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak
bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang
nyata” Q.S (An-Nisa : 112)
b.
Jangan ada kecurangan dalam
menggunakan alat timbang dan takaran. Q.S (Al-Israa [17]:
35) dan Q.S (Al-Muthaffin [83] : 1-5)
c.
Perintah agar berlaku adil kepada orang yang
memutuskan suatu perkara. Q.S (An-Nisa [4] : 135)
d.
Petunjuk agar tidak terjadi curang/tipu dan dusta dalam bermuamalah. Q.S
(Al-Baqarah [2] : 282)
e.
Kejujuran dalam perkataan dan perbuatan
akan mendatangkan kebaikan, kebohongan
akan mendatangkan keburukan.
f.
Abu Khalid, Hakin bin Hizam r.a berkata bahwa Rasulullah SAW.
bersabda,” Dua orang yang melakukan jual beli bebas memilih sebelum keduanya
berpisah. Jika keduanya jujur dan berteruas
terang dalam jual beli, maka keduanya akan mendapatkan berkah. Namun, jika
keduanya tidak berterua terang dan berdusta, maka
jual beli yang mereka lakukan tidak aakan berkah” (H.R. Bukhari
dan Muslim –H. 6/59 R.S)
g. Ibnu Mas’ud r.a berkata
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kejujuran mengantarkan pada kebaikan dan
kebaikan mengantarkan ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur, sedangkan kebohongan
mengantarkan pada kedurhakaan dan kedurhakaan mengantarkan pada neraka.
Seseorang yangsenantiasa berkata bohong akan dicatat di sisi Allah sebagai
pembohong”
h. “Sesungguhnya Allah
menyukai dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendamaikan (merukunkan),
dan Allah membenci kebenaran (kejujuran) yang mengakibatkan kerusakan (HR. Ibnu
Babawih)
C. Faktor-Faktor Pendorong
Terjadinya Dusta
Adapun faktor-fktor
pendorong terjadinya dusta, yaitu:[3]
1.
Tipisnya rasa takut kepada Allah Ta’ala.
2.
Usaha memutarbalikkan fakta dengan berbagai
motifnya baik untuk melariskan barang dagangan, melipatgandakan keuntungan atau
yang lain.
3.
Mencari perhatian, seperti ikut dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trik
dan kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
4.
Tiadanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari
dari kenyataan hidup.
5.
Kebiasaan berdusta sejak kecil, baik karena
pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan tempat tinggalnya.
6.
Merasa bangga dengan kebohongannya, karena ia
menganggap kebohongan itu suatu kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan
baik.
D.
Dusta dalam Kenyataan Sehari-hari yang Harus
Dihindari
1.
Ungkapan seseorang: “Telah saya katakan
kepadamu seribu kali, masa belum paham juga.” Ungkapan di atas tidak
menunjukkan jumlah bilangannya, tetapi untuk menguatkan maksud. Jika ia hanya
mengatakannya sekali, maka ia telah berdusta. Tetapi jika ia mengatakannya
berkali-kali walaupun belum sampai hitungan seribu kali, maka ia tidak berdosa.
2.
Contoh lain, seseorang berkata kepada temannya:
“Silakan dimakan,” lalu dijawab: “Terimakasih, saya sudah kenyang atau saya
tidak bernafsu.” Hal-hal semacam itu dilarang (haram) jika tidak mengandung
tujuan yang benar. Ahli wira’i (orang-orang yang senantiasa memelihara dirinya
dari unsur haram) sangat membenci basa-basi semacam
ini.
3.
Berdusta dalam memberitakan mimpi, padahal
dosanya besar sekali. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara kebohongan terbesar adalah seseorang yang mengaku
(bernasab) kepada selain bapaknya, atau bercerita tentang mimpi yang tak pernah
ia lihat, serta meriwayatkan atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sesuatu
yang tidak pernah beliau katakan.” (HR. Al-Bukhari)
4.
Mengelabuhi anak kecil dengan memanggilnya untuk diberi sesuatu, padahal ia
tidak memiliki apa-apa. Misalnya, seseorang berkata: “Nak kemari, bantu bapak
ya, nanti bapak kasih duit,” tetapi kemudian ia tidak memberinya apa-apa.
5.
Menceritakan segala hal yang ia dengar.
“Cukuplah seseorang disebut pendusta, jika ia menceritakan segala hal
yang ia dengar” (HR. Muslim).
Padahal sangat mungkin terjadi kekeliruan dalam pemberitaannya, karena ia
tidak mengecek terlebih dahulu, tapi biasanya ia berdalih: “Ini berdasarkan
yang saya dengar”. Bagaimana jika berita itu tentang tuduhan zina? Apa ia tetap
menyebarluaskannya tanpa bukti yang nyata? Adakah di antara kita rela didakwa
zina semacam ini?
6.
Berkata atau bercerita bohong yang lucu, agar
massa pendengarnya tertawa.
“Neraka Wail
(kehancuran) bagi orang yang berbicara kemudian berdusta supaya pendengarnya
tertawa. Wail baginya, sungguh Wail sangat pantas baginya”.
(HR. Bazzar)
E.
Terapi Penyembuhan Penyakit Tercela Ini
Jika kita ingin mengerti
keburukan sifat dusta dari diri kita sendiri, maka
perhatikan kebohongan orang lain, niscaya kita membencinya,
merendahkan dan mengecamnya. Setiap muslim wajib memperbaharui taubat dirinya
dari segala dosa dan kesalahan. Demikian pula ia wajib mencari dan memelihara
berbagai macam sebab yang bisa membantunya dalam meninggalkan dan menjauhi
sifat yang tidak terpuji ini. Di antara
sebab-sebab tersebut adalah:
1.
Pengetahuan sang pelaku tentang keharaman
dusta, siksanya yang berat dan selalu mengingat dalam setiap hendak berbicara.
2.
Membiasakan diri dalam memikul tanggung jawab
dalam segala hal yang benar dan berbicara jujur, apapun resikonya.
3.
Memelihara kata-katanya dan senantiasa
mengoreksinya.
4.
Mengubah tempat-tempat berdusta
menjadi tempat-tempat ibadah, dzikir dan mempelajari ilmu.
5.
Hendaknya para pembual tahu, mereka telah
menyandang salah satu sifat orang-orang munafik karena dustanya.
6.
Hendaknya mereka juga memahami, dusta merupakan jalan menuju kemungkaran
yang nantinya bermuara di Neraka, sedangkan jujur menuntun pelakunya ke Surga.
7.
Hendaknya ia mendidik anak-anaknya secara
Islami dan benar, mambiasakanmereka selalu jujur di setiap ucapan dan
tindakannya serta senantiasa jujur di hadapan mereka.
8.
Hendaknya ia mengerti, kepercayaan relasinya akan berkurang karena
kebohongan-kebohongannya, bahkan bisa luntur sama sekali.
9.
Hendaknya ia memahami, kebohongannya itu sangat
membahayakan orang lain.
F.
30 Sifat
Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita:
Sifat Yang Ke-1 : Dusta
Sifat Yang Ke-2 : Khianat
Sifat Yang Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Sifat Yang Ke-4 : Mungkir dan Ingkar Janji
Sifat Yang Ke-5 : Malas Beribadah
Sifat Yang Ke-6 : Riya
Sifat Yang Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Sifat Yang Ke-8 : Mempercepat Shalat
Sifat Yang Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Sifat Yang Ke-10 : Memperolok-olokkan Al Quran, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Sifat Yang Ke-11 : Bersumpah Palsu
Sifat Yang Ke-12 : Tidak Mahu Berinfaq
Sifat Yang Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Sifat Yang Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Sifat Yang Ke-15 : Mengingkari Takdir
Sifat Yang Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Sifat Yang Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Sifat Yang Ke-18 : Membuat Kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Sifat Yang Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zahir dengan Batin
Sifat Yang Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Sifat Yang Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Sifat Yang Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan
Sifat Yang Ke-23 : Bakhil
Sifat Yang Ke-24 : Lupa Kepada Allah swt
Sifat Yang Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Sifat Yang Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Batin
Sifat Yang Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Sifat Yang Ke-28 : Tidak Memahami Islam (Ad Din)
Sifat Yang Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Sifat Yang Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan Dengki Terhadap Kebahagiaan Mereka
Sifat Yang Ke-2 : Khianat
Sifat Yang Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Sifat Yang Ke-4 : Mungkir dan Ingkar Janji
Sifat Yang Ke-5 : Malas Beribadah
Sifat Yang Ke-6 : Riya
Sifat Yang Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Sifat Yang Ke-8 : Mempercepat Shalat
Sifat Yang Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Sifat Yang Ke-10 : Memperolok-olokkan Al Quran, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Sifat Yang Ke-11 : Bersumpah Palsu
Sifat Yang Ke-12 : Tidak Mahu Berinfaq
Sifat Yang Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Sifat Yang Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Sifat Yang Ke-15 : Mengingkari Takdir
Sifat Yang Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Sifat Yang Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Sifat Yang Ke-18 : Membuat Kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Sifat Yang Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zahir dengan Batin
Sifat Yang Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Sifat Yang Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Sifat Yang Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan
Sifat Yang Ke-23 : Bakhil
Sifat Yang Ke-24 : Lupa Kepada Allah swt
Sifat Yang Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Sifat Yang Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Batin
Sifat Yang Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Sifat Yang Ke-28 : Tidak Memahami Islam (Ad Din)
Sifat Yang Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Sifat Yang Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan Dengki Terhadap Kebahagiaan Mereka
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bohong adalah sifat atau keadaan dari sesuatu
(perbuatan/perkataan), yang tidak benar, tidak berdasarkan/fakta, tidak
menepati janji/kesepakatan atau tidak mengakui atau melanggar hak-hak
pihak lain.
Perbuatan yang
memiliki sifat dusta, dapat dibagi dalam 3 kategori, berdasarkan
kepada firman Allah Ta’ala yaitu: mendustakan/berkhianat kepada
Allah SWT, mendustakan atau berkhianat kepada Rasul SAW, mengkhianati
amanah (kepercayaan) diantara sesama manusia.
Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta:
1.
Tipisnya rasa takut kepada Allah Ta’ala.
2.
Usaha memutarbalikkan fakta dengan berbagai
motifnya baik untuk melariskan barang dagangan, melipatgandakan keuntungan atau
yang lain.
3.
Mencari perhatian, seperti ikut dalam seminar
dan diskusi dengan membawakan trik-trik dan kisah-kisah bohong menarik
supaya para peserta terpesona.
4.
Tiadanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari
dari kenyataan hidup.
5.
Kebiasaan berdusta sejak kecil, baik karena pengaruh
kebiasaan orang tua atau lingkungan tempat tinggalnya.
6.
Merasa bangga dengan kebohongannya, karena ia
menganggap kebohongan itu suatu kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Taimiyah. A’mal al-qulub au Maqamat wa al-Ahwal. 2007. Jakarta:
PT Ikrar Mandiriabadi
Kitab Al Kadzib, Karya Saikh Abdul Malik
Qashim (bit tasharruf wa ziyadah AM. Afkar/alsofwah)
Zahiruddin. 25 September 2010. Ciri-ciri Atau Sifat Orang Munafik—online. (http:rezekihalal.com/ciri-ciri-atau-sifat-orang-munafik/) diakses 08-nopember-2013
Zaky Ahma Fahreza. MENGINSTAL JUJUR “Agar Jujur Kebiasaan dan Supaya
Dusta Jadi Pantangan”. 2011. Klaten Jateng: INAS MEDIA
[1]
Ibnu Taimiyah, A’mal al-qulub au
Maqamat wa al-Ahwal, 2007, Jakarta, halaman 21
[2]
Zaky Ahma Fahreza, MENGINSTAL
JUJUR “Agar Jujur Kebiasaan dan Supaya Dusta Jadi Pantangan”, 2011, Klaten
Jateng, halaman 109
[3]
Kitab Al Kadzib, Karya Saikh Abdul
Malik Qashim (bit tasharruf wa ziyadah AM. Afkar/alsofwah)
mantapop
BalasHapus