even if you come to a standstill, here is not the end, at the end of hesitation face forward, i want to challenge myself

Senin, 17 Maret 2014

Makalah Bahasa Indonesia



PERANAN SATELIT DAN TELEPON GENGGAM DALAM PERTANIAN DI INDONESIA








Ikka Wulandari
Ekonomi Syariah
201333002



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL HIDAYAH BOGOR
2014





KATA PENGANTAR


            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah “ Peranan Satelit dan Telepon Genggan dalam Pertanian di Indonesia” dapat kami selesaikan. Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami bapak Wartono yang telah membantu saya dalam proses pembuatan makalah ini, serta teman-teman yang telah memberi dukungan kepada saya.
            Tujuan saya dalam membuat makalah ini adalah selain untuk pemenuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia juga dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi mengenai peranan satelit dan telepon genggam dalam pertanian Indonesia. saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.


                                    Bogor, 1 Januari 2014


                                                                                                                                         Penyusun




 


DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar …………………………………………………………….i
Daftar Isi …………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang …………………..………………………………….. 1
1.2  Tujuan …………………………………………….………………… 2
1.3  Rumusan  Masalah …...…………………………………………......  2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Permasalahan Pertanian Indonesia…………………………..… ...…....3
2.2  Ketahanan Pangan Negara Indonesia………………………............… 4
2.3  Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pertanian Indonesia ……....4
2.3.1 Telepon Genggam ……………………………………………6
            2.3.2 Satelit ………………………………………………………7
2.4  Solusi Terhadap Masalah Pertanian Pangan di Indonesia ………….….10

BAB III PENUTUP   ............……………………………………...………12
3.1  Kesimpulan          ………………………………………………………12
3.2  Kritik dan Saran ……………………………………………………….12
LAMPIRAN ………………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA  …….….…………………………………………… 15



BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Indonesia yang terletak di khatulistiwa dengan iklim kepulauan dan hutan hujan tropisnya dan kekayaan alam yang melimpah ruah dengan kecukupan curah hujan atau irigasinya memadai akan menjadikan tanahnya memiliki produkivitas tertinggi di dunia. Ditambah sinar matahari yang memancar sepanjang tahun dan suhu rata-rata, seharusnya Indonesia mempunyai keunggulan yang dapat diandalkan dibandingkan negara manapun di dunia. Sumberdaya pertanian ditambah kekayaan alam di laut Indonesia semestinya merupakan modal dasar yang sangat besar untuk pembangunan Indonesia.
Namun jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia jauh tertinggal dengan negara lain. Ketika negara lain mulai menerapkan teknologi dari proses pembibitan hingga pasca panen, Indonesia belum menerapkan teknologi yang ada dalam proses peningkatan hasil pertanian. Suatu negara yang mampu meningkatkan hasil pertaniannya maka mampu mencapai ketahanan pangan. Apalagi saat ini pembangunan infrastruktur mengalami pembanguna yang begitu pesat. Tentu saja hal ini berpengaruh dalam keadaan lahan pertanian yang ada.
Di sisi lain, perkembangan dan pembangunan teknologi mengalami perkembangan yang signifikan khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan TIK mencapai hitungan detik sehingga apabila kita tidak mengikutinya kita akan tertinggal atau dianggap gaptek (gagap teknologi). TIK menempati peran sentral di perkembangan dunia internasional.
Isu globalisasi, semakin cepat meluas keseluruh penjuru dunia karena fasilitasi TIK. Apa saja yang terjadi di berbagai bagian di planet ini menjadi semakin cepat tersebar dan mudah diketahui dengan memanfaatkan TIK. Semua ini menjadikan TIK sebagai agen perubahan yang mengubah tatanan sosial kehidupan manusia di seluruh dunia.
TIK Bukan Hanya Internet, awam seringkali menganggap bahwa wujud dari TIK adalah Internet. Anggapan ini benar namun tidak tepat. Internet muncul sebagai hasil dari menyatunya (konvergensi) antara Teknologi Informasi (TI) dan Telekomunikasi.

1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
a)      memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia,
b)      memberi informasi penggunaan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya dalam bidang pertanian,
c)      memberikan solusi terhadap masalah-masalah pertanian di Indonesia.

1.3  Rumusan Masalah
  1. Apa permasalahan pertanian Indonesia saat ini ?
  2. Apa yang dimaksud yang ketahanan pangan?
  3. Apa yang dimaksud teknologi informasi dan komunikasi?
  4. Peranan teknologi informasi dan komunikasi dalam pertanian khususnya pertanian pangan?


BAB II
Pembahasan

2.1 Permasalahan Pertanian Indonesia
Sektor pertanian adalah sektor sangat vital namun kini kurang berdaya dan kurang mendapatkan prioritas sebagaimana mestinya sehingga sumbangannya kurang optimal dan jauh dari yang diharapkan. Masalah utama sektor pertanian adalah meningkatnya alih fungsi lahan pertanian, kurangnya optimalnya pemanfaatan lahan dan infrastruktur pertanian serta kurangnya informasi yang mendukung kegiatan pertanian seperti kelembaban tanah, iklim dan cuaca.
Pertanian merupakan sebuah sektor yang memilki peranan cukup penting dalam kehidupan manusia. Karena inilah yang menjadi dasar dalam penyediaan sandang, pangan, dan papan dalam menjalankan kehidupan. Selain itu di Indonesia sendiri sektor pertanianlah yang menjadi sektor andalan dan menjadi tumpuan kehidupan masyarakat pada umumnya, karena Indonesia merupakan negara agraris, akibatnya banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani.
Akan tetapi pengelolaan usaha tani di Indonesia itu masih bersifat tradisional, dan belum menggunakan teknologi yang tinggi. Akibatnya hal itu berdampak pada rendahnya produktivitas usaha tani yang dihasilkan berdampak langsung terhadap ketahanan pangan Indonesia. Untuk mencapai ketahanan pangan harus ditemukan kendala penyebab rendahnya produktivitas pertanian Indonesia. Rendahnya produktivitas pertanian Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:[1]
ü  Prasarana petanian kurang memadai
ü  Teknik budidaya pertanian tradisional
ü  Masukan lain (pupuk,benih, bahan kimia) yang terbatas atau kalau pn ada sering tidak cocok dengan sumberdaya alam
ü  Sosial budaya masyarakat yang berimbas pada rendahnya petani untuk meningkatkan produksi
ü  Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang relatif rendah
ü  Pemilikan modal yang kecil
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan terhadap sektor pertanian dan tuntutan terhadap kebutuhan sandang, pangan, papan pun semakin meningkat, terlebih lagi kebutuhan akan pangan, karena jika tidak ada pangan, masyarakat tidak akan dapat hidup dan bagus tidaknya ketahanan pangan suatu negara itu dapat menjadi indikator keberhasilan suatu negara.
Memasuki era perdagangan bebas dan tren desentralisasi, pembangunan pertanian menghadapi berbagai tantangan, yaitu pemenuhan kecukupan pangan, peningkatan kesejahteraan petani, serta penyediaan lapangan kerja melalui pengembangan usaha dan sistem agribisnis berdaya saing. Untuk memenuhi tuntutan yang semakin besar terhadap sektor pertanian khusunya pangan, maka diperlukan adanya upaya pengembangan di berbagai sisi, termasuk pengembangan teknologi, sistem manajemen usaha tani, dan lain-lain.
Pengembangan teknologi sangat berpengaruh sekali untuk menghasilkan efek-efek yang sinergis dalam menumbuhkan pertanian. Misalnya untuk membantu para petani Indonesia yang mengolah lahannya dengan cara-cara tradisional dan belum menggunakan teknologi yang tinggi, para peneliti ini harus mencari cara apa dan teknologi informasi komunikasi apa yang cocok diterapkan dalam pertanian di masyarakat indonesia ini, sehingga nantinya akan meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka.
Intinya para peneliti maupun yang bergelut dalam bidang pertanian dapat menciptakan suatu teknlogi informasi dan komunikasi untuk bidang pertanian (informatika pertanian), yang dapat digunakan secara bersama meningkatkan kompetensi dan kemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi bagi pengembangan bidang pertanian dalam arti luas di Indonesia.


2.2 Ketahanan Pangan Negara Indonesia
            Kedaulatan pangan adalah seperangkat hak rakyat untuk menentukan kebijakan dan strategi mereka sendiri atas produksi, distribusi dan konsumsi pangan yang berkelanjutan dan menjamin hak atas pangan. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya.[2] 
Sejak tahun 1798 ketika Thomas Malthus memberi peringatan bahwa jumlah manusia meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha pertambahan persediaan pangan hanya dapat meningkat secara aritmatika. Dalam perjalanan sejarah dapat dicatat berbagai peristiwa kelaparan lokal yang kadang-kadang meluas menjadi kelaparan nasional yang sangat parah diberbagai Negara. Permasalahan diatas adalah cirri sebuah Negara yang belum mandiri dalam hal ketahanan pangan.[3]
Bertambahnya penduduk bukan hanya menjadi satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk menuju ketahanan pangan nasional. Berkurangnya lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman dan lahan industri, telah menjadi ancaman dan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri dalam bidang pangan.


2.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pertanian Indonesia
Keberhasilan dalam usaha meningkatkan produksi tanaman pangan dalam hubungannya dengan iklim bergantung kepada keberhasilan dalam menginterpretasikan dan meramalkan iklim. Di sinilah peran TIK dalam  menginterpretasikan dan meramalkan iklim dengan ketelitian yang tinggi.[4]
Menurut Puskur Diknas Indonesia TIK mencakup dua aspek:
  1. Teknologi informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengolahan informasi.
  2. Teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat lainnya.
Kini TIK juga dicoba untuk mendorong agar pertanian Indonesia mampu bersaing. Hal ini dapat dimengerti karena peran  TIK sering menonjol, apakah itu di kegiatan teknologi produksi maupun di kegiatan teknologi informasi. Dengan demikian, lambat atau cepat, maka pelaku agribisnis di Indonesia harus bisa menguasai teknologi tersebut.
Komponen TIK ini lazimnya dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
ü  Technoware (fasilitas fisik, misalnya mesin),
ü  Humanware (kemampuan/ketrampilan tenaga kerja),
ü  Infoware (informasi/data), dan
ü  Orgaware (organisasi).
Misalnya untuk tingkat pengembangan suatu perusahaan hasil olahan dari produk pertanian, bantuan ICT akan sangat menentukan proses kegiatan perusahaan tersebut. Ke empat komponen di atas, tentu saling kait mengkait satu sama lain, karena komponen yang satu akan saling mempengaruhi komponen yang lain.
Dalam hal ini, dari beberapa alat teknologi yang mendukung kemajuan petanian di Indonesia yaitu, telepon genggam dan satelit.

2.3.1 Telepon Genggam
            Dari beberapa produsen telepon genggam yang kita gunakan adalah nokia, karena nokia sangat popular di Indonesia. Nokia Life Tools adalah aplikasi yang ditanam di ponsel-ponsel Nokia untuk mengatasi kesenjangan informasi, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran atau pedesaan. Karena untuk masyarakat pedesaan, layanan yang disediakan di Nokia Life Tools utamanya adalah informasi pertanian. Seperti info-info tips bercocok tanam, cuaca dan berita-berita lokal seputar pertanian.
Pada ponsel Nokia yang sudah ada aplikasi ini, pengguna harus mengisi kode pos wilayah tempat tinggalnya untuk mendaftar. Lalu akan muncul pilihan informasi jenis tanaman apa yang dibutuhkan dan boleh memilih maksimal tiga jenis tanaman. Pendaftaran kode pos ini untuk mengirimkan informasi yang sesuai domisili pengguna. 
Setelah mengirim kode pos, layanan ini akan mengirimkan informasi soal harga, tips bercocok tanam, dan berita seputar pertanian lewat pesan di ponsel. Dalam menyediakan informasi pertanian ini, Nokia bekerjasama dengan Departemen Pertanian RI, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan sejumlah mitra industri lain.
Layanan yang disediakan Nokia Life Tools berbasis pesan SMS, bukan internet. Informasi akan dikirim via SMS, dan masuk lewat inboks yang disediakan tampilan awal aplikasi ini. Biayanya dimulai dari Rp.1.000 perharinya, tergantung layanan yang dibutuhkan.
Tidak hanya informasi pertanian, tetapi Nokia Life Tools juga menyediakan informasi pendidikan dan hiburan. Fitur-fitur layanan pendidikan yang disediakan antara lain Bahasa Inggris, pengetahuan umum dan persiapan ujian. Adapun layanan hiburan meliputi berita, musik, komik, humor, astrologi, dan resensi film.
2.3.2 Satelit
Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit yakni satelit alam dan satelit buatan. Dalam makalah ini, yang akan dibahas adalah satelit buatan. saat ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tengah mengembangkan suatu satelit yang sebagai alat untuk menjaga ketahanan pangan. Satelit yang diberi nama Lapan A2 dan Lapan Orari tersebut akan digunakan untuk melihat kondisi pertanian di Indonesia. Dengan satelit tersebut maka akan diketahui siklus tanaman. Salah satu tanaman yang akan menjadi objek pantauan satelit tersebut adalah   padi.
Karena tanaman ini identik dengan parameter tanaman untuk menjaga ketahan pangan. Dengan satelit tersebut maka dapat diketahui wilayah yang sedang ditumbuhi padi, wilayah tanaman yang siap panen, ataupun tanah yang belum dilakukan penanaman.
Lapan A2
Lapan A2 dirancang sebagai satelit surveilans Bumi atau pengamatan dari jauh dengan peralatan elektronik. Fungsi kamera ini tidak beda dengan kamera CCTV. Lapan A2 digunakan untuk memantau lingkungan Bumi. Supaya dapat memberikan informasi berupa gambar, Lapan A2 dilengkapi dengan kamera Kappa HDTV (High Definition Television). Kamera yang terdapat dalam satelit ini akan mengirimkan gambar seperti layaknya gambar yang tersaji dalam layar televisi. Berbeda dengan satelit buatan Amerika pada umumnya, Lapan A2 yang rencananya akan diluncurkan di India tersebut memiliki berat 68 kilogram. Sementara, satelit buatan Amerika paling tidak memiliki berat 400 kilogram. Sebagai pemantau Bumi, Lapan A2 dibuat dengan resolusi 5,1 meter dengan luas cakupan tangkapan seluas 9,7 kilometer.
Satelit yang dibuat di negara maju umumnya menggunakan radar untuk menentukan posisi, kecepatan, maupun arah dari satelit. Namun, untuk Lapan A2, navigasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Berbeda dengan radar, satelit yang menggunakan navigasi tersebut dapat dipantau dari negara lain. Sementara dengan GPS, pengendali satelit hanya dapat dilakukan oleh stasiun GPS di Bumi dan tidak dapat diketahui oleh negara lain.
Hanya radar memiliki ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan GPS. Untuk ukuran orbit satelit, Lapan A2 ditempatkan pada orbit yang tidak terlalu tinggi yaitu pada jarak 650 kilometer dari Bumi. Sedangkan orbit satelit yang tergolong tinggi jika satelit tersebut teletak pada jarak ribuan kilometer. Pada kondisi tersebut, satelit akan lebih tenang dan tidak turun dari posisi orbit.
Lapan Orari
Sementara Lapan Orari adalah satelit lain yang tengah dikerjakan LAPAN. Berbeda dengan Lapan A2, Lapan Orari lebih ditujukan sebagai satelit pencitraan, sebab kamera yang digunakan adalah kamera pencitraan atau imaging camera. Sehingga satelit ini dapat memantau objek yang ada di Bumi secara lebih detail, kata Toto. Selain sebagai satelit yang ditujukan bagi ketahanan pangan, Lapan Orari memiliki fungsi utama yaitu sebagai satelit komunikasi. Aplikasinya, satelit ini digunakan sebagai saluran gelombang elektromagnetik pada amatir radio, baik suara maupun data digital. Seperti halnya Lapan A2, Lapan Orari diletakkan pada ketinggian orbit 650 kilometer dari Bumi. Satelit yang ditempatkan pada ketinggian tersebut memiliki bobot senilai kurang lebih 70 kilogram. Untuk menunjang perannya sebagai satelit pemantau dan pencitraan, Lapan Orari dilengkapi dengan kamera video yang memiliki resolusi sebesar 200 meter dengan cakupan tangkapan satelit seluas 80 kilometer. Sedangkan resolusi kamera pencitraan yang dapat menangkap objek secara detail sebesar 13 meter dengan cakupan tangkapan satelit sejauh 94,9 kilometer. Seperti halnya Lapan A2, satelit ini menggunakan sistem GPS untuk memantau keberadaan satelit di orbit. Pemantauan sendiri akan dikendalikan melalui stasiun yang ada di Bumi.
Sebagai sistem pencitraan atau imager, satelit ini dilengkapi kamera yang menggunakan filter optik khusus supaya dapat mendeteksi objek yang diamati dengan lebih baik. Pengamatan yang dilakukan satelit ini adalah vegetasi atau daratan dengan menggunakan filter optik pada daerah panjang gelombang red, green, dan near infra red. Sedangkan untuk aplikasi pengamatan laut ditambah dengan filter optik blue. Dengan citra-citra tersebut akan diketahui jenis-jenis tanaman atau vegetasi serta luas areanya sehingga dapat digunakan untuk mengetahui luas areal tanaman pertanian dan fase tanamnya.
Namun sebagai satelit baru, tentu banyak mesti dilakukan pembenahan. Sehingga data yang diperoleh satelit tidak dengan gamblang digunakan begitu saja. Sebab harus dilakukan pengujian kesesuaian antara data-data satelit dan kondisi di lapangan.
2.4              Solusi Terhadap Masalah Pertanian Pangan di Indonesia

 



             


Guna mendukung ketahanan pangan nasional, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menandatangani Nota Kesepahaman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan di Bidang Teknologi dan Pemanfaatan Kedirgantaraan serta Peningkatan Sumber Daya Manusia. Penandatangan dilakukan oleh Kepala LAPAN Adi Sadewo Salatun dan Rektor IPB Herry Suhardiyanto, di Gedung Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Darmaga Bogor, 23 Januari 2010.
Ruang lingkup kerjasama Lapan dan IPB tersebut mencakup penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan di bidang teknologi dirgantara, penginderaan jauh, sains atmosfer, iklim, dan antariksa. Kerjasama juga mencakup pemanfaatan sumber daya dan program hasil penelitian dan pengembangan kedirgantaraan, pertukaran ilmu pengetahuan dan tenaga ahli, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Lingkup tersebut berkaitan dengan tujuan mendukung Ketahanan Pangan Nasional.
Keberadaan satelit yang diberi nama LI-sat (Lapan IPB- satelit) ini  sangat penting untuk membangun sistem data tentang ketahanan pangan dengan akurasi tinggi, tidak seperti saat ini yang masih didasari oleh ramalan-ramalan. Melalui citra satelit dapat diperkirakan  lebih akurat  produktifitas lahan, termasuk pola tanam dan pola panen di setiap wilayah. LI-sat diharapkan dapat diluncurkan pada 2014, dan dapat dimanfaatkan pada 2015. Kerja sama ini akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2019 dan diperkirakan membutuhkan  dana sebesar kurang lebih Rp180 miliar.
Satelit LAPAN-IPB bukan satelit pertama yang dibuat Lapan sesuai kebutuhan, sebelumnya, Lembaga penelitian ini berhasil membangun satelit LAPAN-TUBSAT. Satelit mikro kerjasama dengan Technische Universitaet Berlin, Jerman itu diluncurkan pada 10 Januari 2007 di Sriharikota, India. Hingga kini LAPAN-TUBSAT masih beroperasi dengan baik. Saat ini, Lapan sedang membangun satelit LAPAN-A2 dan LAPAN-ORARI. Kedua satelit ini berfungsi untuk pengamatan bumi dan komunikasi.


BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Teknologi informasi seperti satelit dan telepon genggam memiliki peran yang besar, khususnya dalam bidang pertanian. Teknologi tersebut digunakan untuk memantau perkembangan mutakhir tentang pertanian tersebut. Satelit digunakan untuk memantau lewat angkasa melalui cara penginderaan jauh. Satelit juga digunakan memberi informasi keadaan iklim dan cuaca dalam bidang pertanian. Sedangkan telepon genggam, digunakan untuk memberi informasi lewat darat.
3.2 Kritik dan saran
Dunia pertanian Indonesia harus dapat dikembangkan mengingat potensi yang dimiliki. Oleh karena itu pemanfaaatan teknologi haruslah dapat digunakan dengan baik. Adaptasi dan modifikasi teknologi menjadi alat untuk menciptakan kesejahteraan petani sehingga masyarakat Indonesia menjadi lebih makmur dan sejahtera.


Daftar Pustaka

Antara news. (Terhubung berkala).          
http://www.antaranews.com/berita/1266908600/lapan-ipb-bangun-satelit-penginderaan . (28 Desember 2013)
Bataviase. (Terhubung berkala). http://bataviase.co.id/node/84470 . (28 Desember 2013)
Nasoetion,AH. 2008. Pengantar Ilmu Pertanian. Bogor : IPB PRESS.
Nokia.Life.Tools.Bantu.Samaratakan.Penyebaran.Informasi. (28 Desember 2013)
Sailah, Illah dan Mangunwidjaja, Djumali. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sastraatmadja, Entang. 2006. Untukmu Dewan Ketahanan  Pangan . Bandung : Masyarakat Geografi Indonesia.
Tim Liputan 6. (Terhubung berkala).
Tim Tempo. (Terhubung berkala).
Tyasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.


[1] Illah Sailah dan Djumali Mangunwidjaja, Pengantar Teknologi Pertanian, 2009, Jakarta, hal 2-3
[2] Entang Sastraatmadja, Untukmu Dewan Ketahanan  Pangan, 2006, Bandung, hal 10
[3] Andi Hakim Nasoetion, Pengantar Ilmu Pertanian, 2008, Bogor, hal 27
[4] Bayong Tyasyono, Klimatologi, 2004, Bandung, hal 29



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar