even if you come to a standstill, here is not the end, at the end of hesitation face forward, i want to challenge myself

Senin, 17 Maret 2014

Makalah Ilmu Akhlak "SIFAT DUSTA"



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya kami dapat  menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Ilmu Akhlak yang berjudul “SIFAT DUSTA“ .
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Ilmu Akhlak.
            Sebagai bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima dan menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya .


Bogor, November 2013


Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
A.    Pengertian Bohong/Dusta...................................................................................... 3
B.     Sifat Bohong Terbagi Dalam 3 Kategori............................................................... 3
1.      Mendustakan / berkhianat   kepada Allah SWT............................................... 3
2.      Mendustakan atau berkhianat  kepada Rasul saw............................................ 4
3.      Mengkhianati amanah  (kepercaan) diantara sesama manusia......................... 5
C.     Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta.......................................................... 6
D.    Dusta dalam Kenyataan Sehari-hari yang Harus Dihindari.................................. 7
E.     Terapi Penyembuhan Penyakit Tercela Ini........................................................... 8
F.      30 Sifat Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita.................................................. 9
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12


BAB I
PENDAHULUAN

Di era globalisasi sekarang ini, kebohongan dan kepalsuan telah menjalar dan menjadi borok di segala lapisan masyarakat. Sebagian umat Islam pun ada yang kecanduan dengan sikap tercela ini.
Allah swt telah menjadikan umat Islam bersih dalam kepercayaan, segala perbuatan dan perkataannya. Kejujuran adalah barometer kebahagiaan suatu bangsa. Tiada kunci kebahagiaan dan ketentraman haqiqi melainkan bersikap jujur, baik jujur secara vertikal maupun horizontal.
Kejujuran merupakan nikmat Allah Ta’ala yang teragung setelah nikmat Islam, sekaligus penopang utama bagi berlangsungnya kehidupan dan kejayaan Islam. Sedangkan sifat bohong merupakan ujian terbesar jika menimpa seseorang, karena kebohongan merupakan penyakit yang menggerogoti dan menghancurkan kejayaan Islam.
Dusta merupakan dosa dan aib besar, Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (Al-Isra’: 36)
Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan menuntun menuju Surga. Sungguh seseorang yang membiasakan jujur niscaya dicatat di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kemungkaran, sedangkan kemungkaran menjerumuskan ke Neraka. Sungguh orang yang selalu berdusta akan dicatat sebagai pendusta”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hakikat dari kejujuran dan keikhlasan adalah menyatakan keimanan dan keislaman, karena sesungguhnya orang yang menampakkan keislamannnya terbagi menjadi dua, yaitu orang mukmin dan orang munafik. Hal yang membedakan antara keduanya adalah kejujuran dan ketulusannya, karena sesungguhnya dasar dari kemunafikanseseorang adalah kebohongan.[1]
Jauhilah Dusta, karena dusta merusak hakikat yang sebenarnya atas dirimu dan akan merusak pula kondisimu dan pandangan manusia terhadapmu. Pendusta akan menggambarkan sesuatu yang tiada seperti ada dan ayang ada seperti tiada. Kebenaran dikatakan sebagai kebatilan, kebatilan dikatakan kebenaran. Kebaikan dikatakan sebagai keburukan dan keburukan dikatakan kebaikan. Akhirnya hakikat sebenarnya tidak mampu ia kenali sebagai akibat atas kedustaannya.
Maka saat seseorang memilih untuk bersikap jujur dalam kehidupannya, itu bersandar kepada perasaan cinta dan taatnya kepada Allah SWT. Jika dia memilih untuk menjauhi sikap dusta, itu bersandar kepada perasaan takutnya kepada Allah SWT. Dan jika dia begitu teguh pada kedua sikap tersebut, itu bersandar kepada harapan hatinya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.[2]











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bohong/Dusta

Bohong adalah sifat atau keadaan dari  sesuatu (perbuatan/perkataan), yang tidak benar, tidak berdasarkan/fakta,  tidak menepati  janji/kesepakatan atau tidak mengakui atau melanggar hak-hak pihak lain.
Sejenis dengan pengertian bohong, terdapat kata dusta/mendustakan (tidak mengakui), hianat/menghianati (tidak amanah/tidak menepati janji/curang), fitnah/memfitnah (menyebar berita bohong/tuduhan palsu) dan sebagainya.
Dibandingkan dengan sifat sombong dan sifat dengki dalam pembahasan sebelumnya, sifat bohong atau dusta tampaknya harus lebih banyak mendapat perhatian. 

B.     Sifat Bohong Terbagi Dalam 3 Kategori

Perbuatan yang memiliki sifat bohong/dusta/khianat, dapat dibagi dalam 3 kategori, berdasarkan kepada firman Allah Ta’ala berikut ini:  
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.Q.S (Al-Anfaal [8] : 27)

1.      Mendustakan / berkhianat   kepada Allah SWT
Dusta / khianat yang terkait dengan  hak-hak Allah SWT, mengabaikan perintah dan larangan-Nya, tidak mensyukuri/mendustakan nikmat-Nya, sehingga  yang melakukan itu  termasuk orang-orang yang digolongkan kedalam:  kufur,  syirik, fasiq, ishyan.     Firman Allah swt:
a.    Dan tak ada suatu ayat pun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya (mendustakannya)” Q.S (An-Anaam [6]: 4)
b.   Maka barang siapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang dzalim” Q.S (Ali Imran [3]: 94)
c.    Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu" Q.S (An-Aam : 11)
d.   Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung" Q.S (Yunus [10] : 69)
e.     Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta Q.S (An Nahl [16]: 105)
f.     “........ dan Adapun jika Dia Termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat.Maka Dia mendapat hidangan air yang mendidih....”. “.... dan dibakar di dalam Jahannam” Q.S (Al-Waqi’ah [56]: 92-94)

2.      Mendustakan atau berkhianat  kepada Rasul saw.
Mendustakan/khianat kepada Rasul  adalah tidak percaya  terhadap misi yang dibawa Rasul, berhianat termasuk memalsukan hadits, pembuat bid’ah serta memuja/mengagung-agungkan/mengkultuskan Nabi melebihi manusia biasa (sehingga dianggap sebagai anak Tuhan) dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala:
a.       Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”  Maka tatkala Rasul itu (Muhammad) datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (As-Shaf  [61] : 6)
b.      Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" Q.S (Al-Kahfi [18] : 110)
c.       Didalam Sirah Nabawiyah disebutkan dua orang sahabat yang ketika sedang perang, tanpa sengaja  membuka rahasia Nabi (umat muslimin)  kepada kaum kafir Quraish, seperti  Abu Lubabah bin Abdul Munzir  serta Hathib bin Abi Balta’ah (peristiwa fathu Makkah) (lihat juga ‘Tafsir Ibnu Katsier’ terkait dengan Ayat 27 Surat Al-Anfaal)
d.      Terdapat pula orang yang mengaku Nabi bahkan pernah hendak membunuh Nabi SAW. (Musailamah al Kadzdzab)   dan  2 tokoh pembuat hadits palsu Abu ‘Ismah ibn Abi Maryan dan Abdul Karim ibn Abil ‘Auja (T.M. Hasbi Ash Shiddieqy: Sejarah Hadits) dan banyak lagi para pembuat bid’ah dalam beribadah

3.      Mengkhianati amanah  (kepercaan) diantara sesama manusia  
Dusta / khianat /fitnah yang terkait dengan  hak-hak sesama manusia, seperti harta, kehormatan, kepercaayaan dan sebagainya.
Perbuatan seperti sumpah palsu, pemalsuan, penipuan, merusak rasa keadilan/lingkungan/tatanan kehidupan, merugikan orang lain/masyarakat dan lainnya, sudah biasa terjadi  bahkan semuanya bisa terjadi dan bersatu dalam diri seseorang yang disebut koruptor.
Rasulullah SAW telah menyampaikan risalahnya berupa peringatan serta petunjuk seperti yang  terdapat di dalam Al-Qur’an serta As-Sunnah diantaranya:
a.       “Dan barang siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata” Q.S (An-Nisa : 112) 
b.      Jangan ada  kecurangan dalam menggunakan alat timbang dan takaran. Q.S (Al-Israa [17]: 35)  dan Q.S (Al-Muthaffin [83] : 1-5)
c.       Perintah agar berlaku adil kepada orang yang memutuskan suatu perkara. Q.S (An-Nisa [4] : 135)
d.      Petunjuk agar tidak terjadi curang/tipu dan dusta dalam bermuamalah. Q.S (Al-Baqarah [2] : 282)
e.       Kejujuran dalam perkataan dan perbuatan akan mendatangkan kebaikan, kebohongan  akan mendatangkan keburukan.
f.       Abu Khalid, Hakin bin Hizam r.a  berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,” Dua orang yang melakukan jual beli bebas memilih sebelum keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan berteruas terang dalam jual beli, maka keduanya akan mendapatkan berkah. Namun, jika keduanya  tidak berterua terang dan berdusta, maka jual beli yang mereka lakukan tidak aakan berkah”  (H.R. Bukhari dan Muslim –H. 6/59 R.S)
g.      Ibnu Mas’ud r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kejujuran mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan mengantarkan ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur, sedangkan kebohongan mengantarkan pada kedurhakaan dan kedurhakaan mengantarkan pada neraka. Seseorang yangsenantiasa berkata bohong akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong”
h.      “Sesungguhnya Allah menyukai dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendamaikan (merukunkan), dan Allah membenci kebenaran (kejujuran) yang mengakibatkan kerusakan (HR. Ibnu Babawih)

C.     Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta
Adapun faktor-fktor pendorong terjadinya dusta, yaitu:[3]
1.   Tipisnya rasa takut kepada Allah Ta’ala.
2.   Usaha memutarbalikkan fakta dengan berbagai motifnya baik untuk melariskan barang dagangan, melipatgandakan keuntungan atau yang lain.
3.   Mencari perhatian, seperti ikut dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trik dan kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
4.   Tiadanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan hidup.
5.   Kebiasaan berdusta sejak kecil, baik karena pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan tempat tinggalnya.
6.   Merasa bangga dengan kebohongannya, karena ia menganggap kebohongan itu suatu kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan baik.

D.    Dusta dalam Kenyataan Sehari-hari yang Harus Dihindari

1.   Ungkapan seseorang: “Telah saya katakan kepadamu seribu kali, masa belum paham juga.” Ungkapan di atas tidak menunjukkan jumlah bilangannya, tetapi untuk menguatkan maksud. Jika ia hanya mengatakannya sekali, maka ia telah berdusta. Tetapi jika ia mengatakannya berkali-kali walaupun belum sampai hitungan seribu kali, maka ia tidak berdosa.
2.   Contoh lain, seseorang berkata kepada temannya: “Silakan dimakan,” lalu dijawab: “Terimakasih, saya sudah kenyang atau saya tidak bernafsu.” Hal-hal semacam itu dilarang (haram) jika tidak mengandung tujuan yang benar. Ahli wira’i (orang-orang yang senantiasa memelihara dirinya dari unsur haram) sangat membenci basa-basi semacam ini.
3.   Berdusta dalam memberitakan mimpi, padahal dosanya besar sekali. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara kebohongan terbesar adalah seseorang yang mengaku (bernasab) kepada selain bapaknya, atau bercerita tentang mimpi yang tak pernah ia lihat, serta meriwayatkan atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sesuatu yang tidak pernah beliau katakan.” (HR. Al-Bukhari) 
4.      Mengelabuhi anak kecil dengan memanggilnya untuk diberi sesuatu, padahal ia tidak memiliki apa-apa. Misalnya, seseorang berkata: “Nak kemari, bantu bapak ya, nanti bapak kasih duit,” tetapi kemudian ia tidak memberinya apa-apa.
5.      Menceritakan segala hal yang ia dengar.
Cukuplah seseorang disebut pendusta, jika ia menceritakan segala hal yang ia dengar” (HR. Muslim).
Padahal sangat mungkin terjadi kekeliruan dalam pemberitaannya, karena ia tidak mengecek terlebih dahulu, tapi biasanya ia berdalih: “Ini berdasarkan yang saya dengar”. Bagaimana jika berita itu tentang tuduhan zina? Apa ia tetap menyebarluaskannya tanpa bukti yang nyata? Adakah di antara kita rela didakwa zina semacam ini?
6.      Berkata atau bercerita bohong yang lucu, agar massa pendengarnya tertawa.
“Neraka Wail (kehancuran) bagi orang yang berbicara kemudian berdusta supaya pendengarnya tertawa. Wail baginya, sungguh Wail sangat pantas baginya. (HR. Bazzar)

E.     Terapi Penyembuhan Penyakit Tercela Ini
Jika kita ingin mengerti keburukan sifat dusta dari diri kita sendiri, maka perhatikan kebohongan orang lain, niscaya kita membencinya, merendahkan dan mengecamnya. Setiap muslim wajib memperbaharui taubat dirinya dari segala dosa dan kesalahan. Demikian pula ia wajib mencari dan memelihara berbagai macam sebab yang bisa membantunya dalam meninggalkan dan menjauhi sifat yang tidak terpuji ini. Di antara sebab-sebab tersebut adalah:
1.      Pengetahuan sang pelaku tentang keharaman dusta, siksanya yang berat dan selalu mengingat dalam setiap hendak berbicara.
2.      Membiasakan diri dalam memikul tanggung jawab dalam segala hal yang benar dan berbicara jujur, apapun resikonya.
3.      Memelihara kata-katanya dan senantiasa mengoreksinya.
4.      Mengubah tempat-tempat berdusta menjadi tempat-tempat ibadah, dzikir dan mempelajari ilmu.
5.      Hendaknya para pembual tahu, mereka telah menyandang salah satu sifat orang-orang munafik karena dustanya.
6.      Hendaknya mereka juga memahami, dusta merupakan jalan menuju kemungkaran yang nantinya bermuara di Neraka, sedangkan jujur menuntun pelakunya ke Surga.
7.      Hendaknya ia mendidik anak-anaknya secara Islami dan benar, mambiasakanmereka selalu jujur di setiap ucapan dan tindakannya serta senantiasa jujur di hadapan mereka.
8.      Hendaknya ia mengerti, kepercayaan relasinya akan berkurang karena kebohongan-kebohongannya, bahkan bisa luntur sama sekali.
9.      Hendaknya ia memahami, kebohongannya itu sangat membahayakan orang lain.
F.      30 Sifat Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita:
Sifat Yang Ke-1 : Dusta
Sifat Yang Ke-2 : Khianat
Sifat Yang Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Sifat Yang Ke-4 : Mungkir dan Ingkar Janji
Sifat Yang Ke-5 : Malas Beribadah
Sifat Yang Ke-6 : Riya
Sifat Yang Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Sifat Yang Ke-8 : Mempercepat Shalat
Sifat Yang Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Sifat Yang Ke-10 : Memperolok-olokkan Al Quran, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Sifat Yang Ke-11 : Bersumpah Palsu
Sifat Yang Ke-12 : Tidak Mahu Berinfaq
Sifat Yang Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Sifat Yang Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Sifat Yang Ke-15 : Mengingkari Takdir
Sifat Yang Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Sifat Yang Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Sifat Yang Ke-18 : Membuat Kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Sifat Yang Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zahir dengan Batin
Sifat Yang Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Sifat Yang Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Sifat Yang Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan
Sifat Yang Ke-23 : Bakhil
Sifat Yang Ke-24 : Lupa Kepada Allah swt
Sifat Yang Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Sifat Yang Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Batin
Sifat Yang Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Sifat Yang Ke-28 : Tidak Memahami Islam (Ad Din)
Sifat Yang Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Sifat Yang Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan Dengki Terhadap
Kebahagiaan Mereka























BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bohong adalah sifat atau keadaan dari  sesuatu (perbuatan/perkataan), yang tidak benar, tidak berdasarkan/fakta,  tidak menepati  janji/kesepakatan atau tidak mengakui atau melanggar hak-hak pihak lain.
Perbuatan yang memiliki sifat dusta, dapat dibagi dalam 3 kategori, berdasarkan kepada firman Allah Ta’ala yaitu: mendustakan/berkhianat   kepada Allah SWT, mendustakan atau berkhianat  kepada Rasul SAW, mengkhianati amanah  (kepercayaan) diantara sesama manusia.
Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta:
1.      Tipisnya rasa takut kepada Allah Ta’ala.
2.      Usaha memutarbalikkan fakta dengan berbagai motifnya baik untuk melariskan barang dagangan, melipatgandakan keuntungan atau yang lain.
3.      Mencari perhatian, seperti ikut dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trik dan kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
4.      Tiadanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan hidup.
5.      Kebiasaan berdusta sejak kecil, baik karena pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan tempat tinggalnya.
6.      Merasa bangga dengan kebohongannya, karena ia menganggap kebohongan itu suatu kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan baik.







DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Taimiyah. A’mal al-qulub au Maqamat wa al-Ahwal. 2007. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi

Kitab Al Kadzib, Karya Saikh Abdul Malik Qashim (bit tasharruf wa ziyadah AM. Afkar/alsofwah)

Zahiruddin. 25 September 2010. Ciri-ciri Atau Sifat Orang Munafik—online. (http:rezekihalal.com/ciri-ciri-atau-sifat-orang-munafik/) diakses 08-nopember-2013

Zaky Ahma Fahreza. MENGINSTAL JUJUR “Agar Jujur Kebiasaan dan Supaya Dusta Jadi Pantangan”. 2011. Klaten Jateng: INAS MEDIA



[1] Ibnu Taimiyah, A’mal al-qulub au Maqamat wa al-Ahwal, 2007, Jakarta, halaman 21
[2] Zaky Ahma Fahreza, MENGINSTAL JUJUR “Agar Jujur Kebiasaan dan Supaya Dusta Jadi Pantangan”, 2011, Klaten Jateng, halaman 109
[3] Kitab Al Kadzib, Karya Saikh Abdul Malik Qashim (bit tasharruf wa ziyadah AM. Afkar/alsofwah)
 

1 komentar: